5 Cara Mengajarkan Kemandirian Pada Anak Berkebutuhan Khusus


Memiliki anak berkebutuhan khusus tentunya bukan keinginan setiap orang tua. Sebagai orang tua tentu ingin memiliki keturunan yang bisa menjadi penerusnya, yang berguna bagi nusa bangsa dan agamanya. Kebutuhan khusus pada anak jangan dianggap sebagai malapetaka, tapi harus diterima sebagai anugerah. Karena dibalik kekurangan seseorang pasti terdapat kelebihan luar biasa yang hanya ia miliki. Sebagai guru terutama di Sekolah Dasar, kita sering menjumpai anak dengan berbagai karakter dan sikap, mulai dari yang aktif sampai dengan yang malu-malu.
Semua anak harus bisa dilayani dengan sepenuh hati, karena itulah tanggung jawab seorang guru. Ada pun ketika berada di Sekolah Dasar Inklusif, dimana bisa saja kita temui ada anak berkebutuhan khusus yang tentunya menjadi pekerjaan yang tidak mudah untuk dilakukan. Anak tersebut perlu bimbingan lebih dari orang lain, dan masih memiliki ketergantungan pada orang lain. Kita sebagai guru atau pun orang tua harus bisa membuat ABK bisa menjadi anak yang mandiri. Untuk itu berikut adalah beberapa cara mengajarkan kemandirian anak berkebutuhan khusus yang perlu kita ketahui bersama.

  1. Beri pemahaman tentang manfaat komunikasi
    Setiap orang akan melakukan sesuatu yang ia anggap memiliki manfaat untuk dirinya sendiri. Begitu pun yang dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus. Apa yang ia lakukan adalah berdasarkan pemahamannya bahwa sesuatu itu memiliki manfaat. Jika ia disuruh untuk melakukan sesuatu tanpa ia mengetahui untuk apa perbuatan itu dilakukan, maka anak akan tidak mau mengerjakan aktivitas yang seharusnya dikerjakan.
    Agar ABK dapat dilatih untuk mengerjakan sesuatu tanpa harus disuruh. Maka yang harus dilakukan adalah dengan memberikan suatu pekerjaan beserta manfaat yang nantinya ia terima dan manfaat itu bisa dinikmati olehnya secara langsung. Kemudian untuk bisa membuat ABK tidak melakukan sesuatu yang seharusnya ia kerjakan. Berilah pemahaman ketika ABK mendapatkan keadaan tidak nikmat karena perbuatannya sendiri. Dengan begitu ABK dapat membedakan perbuatan baik dan perbuatan tidak baik. Hal tersebut juga didapat dari keyakinan korelasi antara kegiatan yang dilakukan dengan “nikmat atau tidak nikmatnya” hasil yang ia terima. Untuk memastikannya. Berilah kegiatan tertentu dimana hasil berupa imbalan atau sanksi sama seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya. Sehingga ABK akan terus mengingat korelasi ini.
    Kegiatan menunggu nikmat atau pun sanksi dari apa yang ia sudah perbuat dapat menjadi petunjuk besar yang membuat ABK memahami arti komunikasi. Secara sederhana arti komunikasi bagi ABK adalah “Saling memahami atas informasi yang dibagikan, merespon sesuai dengan harapan pemberi informasi dan mendapatkan manfaat dari respon atas informasi.”, (Jatnika, 2017).
  2. Bangun rasa kedekatanKedekatan merupakan hal yang berharga bagi ABK, baik itu dengan orang tua, kakak, keluarga lainnya, atau pun kedekatan dengan masyarakat di sekitarnya. Kedekatan akan membuat orang lebih mudah memberikan sesuatu kepada sesamanya termasuk dengan ABK tanpa harus diminta sekalipun. Kedekatan bisa didapat melalui bahasa tubuh atau pun dengan ekspresi wajah. Hal tersebut harus dilatih dan diasah terus menerus.
  3. Aktivitas memperbanyak kosa kata
    Perbanyak berkomunikasi tentang benda, tempat, atau pun keadaan, jauh lebih mudah apabila ketika berkomunikasi memiliki satu nama/petunjuk yang sama. Sehingga anak bisa membandingkannya. Semakin sering berkomunikasi tentang hal-hal berbeda, maka anak akan memiliki lebih banyak kosa kata. Sehingga informasi yang dapat anak sampaikan menjadi lebih spesifik.
    Salah satu contohnya adalah kata benda yaitu “baju” apabila dibandingkan dengan kalimat “baju warna hitam di dalam lemari baju”. Kota kata yang semakin banyak membuat petunjuk menjadi lengkap. Oleh karena itu, berilah anak tugas untuk berkomunikasi dengan beberapa kosakata agar dapat menjadi latihan untuk memperjelas dan mempermudahnya ketika ia berinteraksi sosial.
  4. Ciptakan suasana menyenangkan
    Suasana menyenangkan dan stimulus pendukung, misalnya irama, gerakan, sentuhan, bentuk, tekstur, warna, bau dan ekspresi dapat membuat anak lebih mudah menyerap. Selain itu pemberian imbalan juga dapat meningkatkan motivasi anak untuk lebih aktif. Dengan begitu maka suasana tersebut akan mendukung terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan membuat anak lebih bersemangat memicu keinginan untuk meningkatkan komunikasi.
  5. Penggunakan AAC (Augmentative Alternative Communication)Tidak semua orang dapat berkomunikasi secara verbal (penggunaan bahasa secara lisan) dengan baik. Ada faktor-faktor penghambat lain pada komunikasi verbal adalah adanya perbedaan dalam bahasa, budaya, kebiasaan yang menjadi alasannya. Alasan lainnya yaitu hambatan ABK yang menyandang disabilitas penglihatan, pendengaran, gangguan sosial, dan sebagainya.
    Alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan hambatan dalam komunikasi yaitu penggunaan AAC (Augmentative Alternative Communication). AAC memiliki bermacam-macam jenis, mulai dari yang tradisional berupa penggunaan bahasa isyarat, sampai dengan memanfaatkan toknologi canggih seperti menggunakan software. Salah satu contoh dari penyandang disabilitas adalah Stephen Hawking, seorang ilmuwan, dosen dan pencetus teori pembaharuan.